PEMUDA KABUT Kau sedang berada di tempat yang sejuk, tenang, dan berkabut

Sabtu, 27 Juli 2019


Jumat, 24 Agustus 2018

Gilkey Si Pencuri Buku, sebuah buku yang mengantarku ke dunia kesusasteraan

Gilkey Si Pencuri Buku

"Kisah Memukau tentang seorang Pencuri, Detektif Amatir, dan Obsesi Mereka Pada
Dunia Kususastraan"




Sebuah Pembuka

Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan dunia kesusteraan khususnya yang berbau buku. Pemikiran-pemikiran seperti buku adalah benda yang membosankan dan melelahkan untuk dibaca adalah sesuatu yang seakan sudah seperti bagian dari pikiranku. Meskipun begitu ternyata pemikiran ini tidaklah dimiliki oleh segelintir orang saja namun lebih dari jutaan orang lainnya berpikir bahwa tidak ada hal yang menarik dari kumpulan kertas yang berisi tulisan ini. 

Di indonesia misalnya, negeri yang katanya kaya akan alam dan kebudayaanya ini ternyata menempati peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Dalam sebuah survei juga dipaparkan bahwa rakyat indonesia membaca buku dengan frekuensi 3-4 kali setiap minggunya dengan durasi 30-59 menit. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dalam waktu setahun penuh, buku yang ditamatkan hanya berkisar  5-9 buku saja. Jika diasumsikan rakyat indonesia biasa menamatkan 9 buku pertahunnya maka untuk menamatkan satu buah buku kita perlu menghabiskan waktu lebih dari 1 bulan. Sungguh ironis bukan? melihat segala kekayaan alam dan budaya yang kita punya namun kita tidak punya budaya membaca buku yang notabene adalah gudangnya ilmu. 

Ok, mungkin dulu saya adalah salah satu orang yang membuat statistik minat baca indonesia sebegitu rendahnya. Jika mengingat masa lalu, tidak satupun buku yang saya baca dalam setahun penuh kecuali buku text book yang disediakan oleh pihak sekolah. Namun perlahan tapi pasti, saya mulai mencoba menyukai dunia ini, bukan tanpa alasan mengingat saat ini saya sedang menempuh kuliah di salah satu Universitas bergengsi di Indonesia sehingga perlu bagi saya untuk menambah wawasan. Walau pun awalnya saya tidak terlalu mengerti isi cerita atau konsep dari buku tersebut, yang saya lakukan hanyalah baca dan membaca dan berharap suatu saat akan hadir kenikmatan membaca buku dalam diri saya. Dan ternyata benar, walau terdengar aneh tetapi  lambat laun saya mulai terbiasa dengan kata-kata yang ada dalam sebuah buku. Mungkin hal ini sesuai dengan kata pepatah yang mengatakan,

" Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta"

Begitulah cara mencintai sesuatu, kita perlu kenal terlebih dahulu, dalam hal ini buku. Walau pada awalnya tidak membangkitkan gairah membaca namun sedikit demi sedikit kita mulai terikat dengannya. Mulailah dengan bacaan ringan seperti novel atau komik. Kamu tidak ingin membenci buku dan segala hal tentangnya hanya karena tidak memahami buku-buku filsafat bukan?. Semua itu butuh proses, dan setiap proses punya cerita tersendiri. Maka dari itu saya membuat blog ini untuk menceritakan semua pengalaman hidup saya.

Ok, cukup sekian muqaddimahnya, saya tahu kamu yang datang ke blog ini bukanlah seorang pemula dalam hal kesusasteraan. Maka saya akan langsung masuk ke postingannya, yupss, kali ini saya akan membahas sebuah buku yang dirangkum berdasarkan kisah nyata dengan semua tokoh yang benar-benar nyata beserta waktu dan tempat kejadiannya. Sebuah buku yang benar-benar mengantarkan saya ke dunia kesusasteraan. Berjudul "Kisah Memukau tentang Seorang Pencuri, Detektif Amatir dan Obsesi Mereka Terhadap Dunia Kesusasteraan". SO, lets check it out.


Sebuah Sinopis

Pernahkah kamu berpikir tentang seberapa berharganya sebuah buku? Apakah ada orang yang sangat mencintai buku dengan segenap jiwanya? Atau adakah buku-buku di dunia yang memiliki harga yang fantastis? Mungkin itulah pertanyaan yang sering muncul jika dihadapkan dari nilai sebuah buku.

Kamu mungkin menyangka bahwa buku hanyalah sekedar kumpulan kertas yang berisikan tulisan-tulisan, namun hal itu tidaklah bisa diterima oleh sebagian orang. Buku ini berusaha untuk mengambil sudut pandang yang memperlihatkan bagaimana manusia menuangkan semua yang ia punya untuk sebuah buku. Mereka tidak menilai dari covernya atau bahkan isinya tetapi kekayaan sejarah yang dimiliki oleh buku-buku tersebut.

Kembali kepada cerita, buku ini menceritakan seorang pencuri buku ulung bernama John Gilkey. Buku ini berisikan semua laporan dan informasi Gilkey yang didapatkan oleh orang ketiga serba tahu yaitu sang pengarang sendiri Allison Hoover Bartlett.

Gilkey yang merupakan pemeran utama dalam buku ini bukanlah seorang tokoh fiksi melainkan seorang yang eksis berusia sekitar 37 tahun (Ketika buku ini ditulis) berkebangsaan Amerika dengan tinggi badan sekitar 175 cm. Ia banyak terlibat dalam berbagai kasus pencurian buku. Buku yang ia curi bukanlah buku yang biasa kita baca atau buku yang terjangkau harganya meliankan buku-buku yang ada di 100 besar modern library atau setidaknya buku yang memiliki usia yang sudah tua.Dia sangat mencintai buku. 

Kamu mungkin tidak bisa membayangkan bahwa buku-buku yang berada di list tersebut merupakan buku-buku termahal dan terlangka di dunia. Bahkan edisi pertama The Ginger Man karya Donleavy, J.P. yang menduduki peringkat 99 modern library saja dihargai tak kurang dari 2800 dollar. Namun harga dari sebuah buku bukanlah motif utama dari Gilkey, Kecintaannya pada buku lebih kepada nilai sejarah yang terdapat dalam buku tersebut. Melihat buku sebagai buah pemikiran manusia yang telah melewati berbagai zaman untuk tetap bertahan. Bukan hanya rasa cinta kepada buku yang membuat ia melakukan aksi pencuriaanya, kekaguman orang terhadap semua koleksinya di masa yang akan datang membuat ia semakin bersemangat dalam mengoleksi buku-buku langka.



Mungkin ini juga yang membuat banyak Bibliophile (sebutan untuk mereka yang mencintai buku) tertarik dan tidak ragu untuk merogoh kocek yang dalam demi sebuah buku. Lain halnya dengan Gilkey, jika mereka perlu mengeluarkan uang untuk sebuah buku sedangkan Gilkey tidaklah demikian, Ia memilih untuk mencuri buku tersebut. Yang menarik adalah bagaimana cara ia mencuri semua buku yang dia inginkan.

Gilkey mencuri buku tersebut dengan bermodalkan sejumlah nomor rekening asing. Nomor rekening ini ia dapatkan selagi ia bekerja di Saks Fift Avenue di New York. Ia yang bertugas sebagai Pelayan diam-diam mencatat semua nomor rekening pelanggan yang nantinya akan ia gunakan dalam aksi pencuriannya. 

Operasi yang ia lakukan sangat sederhana, ia menelpon sebuah toko buku langka, menanyakan apakah buku yang ia inginkan tersedia lalu mengatakan berniat untuk membelinya, Tentu ia tidak membelinya dengan uangnya sendiri tetapi ia mencantumkan nomor rekening yang ia dapat di tempat kerjanya. Setelah buku siap dikemas Gilkey biasa mengirim orang untuk mengambil buku tersebut agar tidak ketahuan, tagihan buku tersebut akan masuk ke rekening yang ia berikan. Beruntungnya ia karena pada saat itu semua transasksi akan dilaporkan di akhir bulan sehingga aksi pencuriannya sulit untuk dilacak.

Walaupun begitu, lambat laun modusnya mulai tercium oleh Ken Sanders yang merupakan seorang ketua keamanan organisasi buku langka sedunia. Layaknya seorang detektif, Ken Sanders mulai menyelidiki kasus pencurian buku tersebut. Ia membuat semacam jaringan email yang mencakup semua pedangan buku langka di amerika dan hasilnya menabjukan. Sangat banyak laporan kehilangan buku yang ia terima, hal ini memperkuat tekadnya untuk menangkap sang pencuri ulung tersebut.

Gilkey tidaklah selamanya tidak terdeteksi, ia sering dimasukkan kedalam penjara atas tuduhan penipuan nomor kartu kredit. Baginya, tidak bisa menikmati buku yang terlalu mahal untuk dijangkau adalah suatu bentuk ketidakadilan. Entah apa yang membuat ia berpikir seperti itu namun selama ia berada di penjara ia selalu memikirkan strategi balas dendam terbaik atas dasar pemikirannya tadi. 

Pernah sekali semua buku yang ia curi ditemukan di sebuah pulau bernama Treasure Island yang merupakan pulau buatan yang  terletak diantara Oakland dan San Franscisco. Semua buku yang ia curi disita keculai beberapa buku yang tidak tercatat dalam kasus pencurian sehingga dibiarkan tinggal.

Treasure Island dimana apartemen Gilkey berada
Treasure Island dimana apartemen Gilkey berada


Demi melihat rumahnya diobrak-abrik polisi dan melihat semua buku-bukunya yang disita sempat membuat ia frustasi dan kembali kepada pemiikirannya terhadap dunia yang tidak adil ini. Tak sampai disitu, beberapa hari kemudian Gilkey pun dihadapkan ke pengadilan, hingga akhirnya ia tidak bisa berkata apa-apa di depan pengadilan dan dijebloskan ke penjara.

Setelah bebas dari penjara pada tahun 2005 agaknya ia tidak memiliki satu metode pun yang bisa ia gunakan untuk melakukan aksinya. Namun semangatnya untuk mengoleksi berbagai buku langka tidaklah pernah sirna, ia bahkan pernah bermimi untuk membangun sebuah perpustakaan yang berisi semua buku curiannya.

Semua obsesinya terhadap dunia kesusasteraan terekam dengan apik didalam buku ini dimana sang penulis menghabiskan waktu yang cukup lama demi bisa menggali semua informasi terkait John Gilkey.

Saya rasa buku ini mungkin sulit dinikmati bagi mereka yang belum terlalu paham dengan dunia kesusasteraan tetapi ini bisa mengantarmu kesana. Hal ini juga yang saya rasakan, saya sangat asing dengan lusinan judul buku yang pernah disebutkan di dalam buku ini tetapi lambat laun saya mulai menyukai ceritanya, Mungkin jika kamu sudah membaca semua judul buku yang ada dalam buku ini maka pengalamanmu dalam membaca buku ini pastilah lebih nikmat.

So, akhir kata, buku ini mungkin mengisahkan sesuatu yang aneh bagi sebagian orang lain tetapi diluar sana ada banyak orang yang menyebut buku adalah salah satu buku terbaik. Tak heran jika beberapa tahun setelah perilisannya buku ini menjadi salah satu buku terbaik versi Library Journal.

Detail Buku

  • Judul asli :The Man Who Loved Books Too Much
  • Judul  alternatif :Gilkey Si Pencuri Buku
  • Penulis :Allison Hoover Bartlett
  • Penerbit :Alvabet
  • Penerjemah :Lulu Fitri Rahman
  • Genre :Kisah Nyata
  • Cetakan: I, Januari 2018
  • Ukuran: 13 x 20 cm
  • Tebal: 300 halaman
  • ISBN: 978-602-6577-21-4
  • Berat: 380 gr
  • Harga :Rp.59.000(Pulau Jawa)